Selamat datang dalam duniaku yang sempit ini. selamat menikmati apa yang telah aku tulis, tapi ada yang harus selalu kamu ingat bahwa tidak semua yang aku tulis adalah aku dan tidak semua yang aku bicarakan adalah kamu..

Satu Hari Saja

Mei 04, 2011

Ini adalah sebuah cerita , hanya sekedar cerita , yang sangat membosankan , dan bercerita tentang seorang wanita bernama Otit dan seorang pria bernama Dewa ..



Satu hari untuk kali ini hati dibebaskan menjalanakan kodratnya , dicinta dan mencinta .
Satu hari untuk hati yang tak lagi dipaksakan menerima doktrin mereka .
Satu hari untuk hati menerima kebebasannya .
Satu hari untuk hati dan kejujuran .
Satu hari untuk kebahagiaan .
Sati hari untuk dia yang kucinta .

Hanya satu hari
Aku mencintainya hingga nanti
Hanya satu hari
Aku sungguh bahagia ..


Malam semakin larut , menghantarkan tubuh-tubuh manusia terlelap dalam mimpi malam mereka atau sekedar melepaskan kepenatan hari yang baru saja berlalu . Hening , seolah tak ada satu pun manusia yang masih ingin terjaga untuk menikmati keheningan malam . Sejenak berpikir tentang esok hari atau sejenak merenung tentang hidup dan cinta . Suara malam yang mampu menciptakan dimensi khusus untuk memikirkan sesuatu . Membimbing angan dan hati untuk saling menyatu tanpa takut dengan bisikan-bisikan yang mampu membuat mereka berdua terusik dan saling membenci .

Sepasang mata sayu masih terjaga malam itu . Sesosok tubuh yang masih terduduk di depan mejanya . Kedua tangannya memegang sebuah ponsel seolah hendak menghubungi seseorang di dimensi lain dengan benda kecil itu . Kepalanya yang bersandar di atas meja menyiratkan keraguan yang masih ada entah oleh hati atau pikirannya . Kedua partnernya itu seolah belum bersepakat akan suatu hal , ya , hati dan pikirannya sedang bertempur . Sesekali ia memberanikan diri menekan tombol angka-angka dari benda kecil yang dipegangnya , tapi hanya bertahan untuk lima angka pertama . Tak pernah selesai .

"Apa yang kamu pikirkan lagi Tit? Sesekali kamu harus egois untuk dirimu sendiri . Ada kalanya kamu harus mengalahkan logikamu dan sedikit berempati dengan jeritan hatimu . Hatimu sudah terlalu lama kau paksakan menerima apa yang mereka perintahkan . Biarkan sejenak ia merasakan kebebasannya , menerima kodratnya yang sesungguhnya tuk dicinta dan mencinta . Jangan terlalu keras memaksa hatimu Tit .." suara yang entah berasal dari mana itu terdengar begitu jelas di telinganya .

Aku menerima tawaranmu , untuk satu hari yang kau minta padaku .

Bisikan yang sesungguhnya adalah suara hatinya sendiri itu telah membuatnya yakin mengambil sebuah keputusan yang semula ia ragukan . Keputusan yang sesungguhnya tanpa diminta pun sangat ingin untuk dilakukannya . Keputusan untuk hatinya yang mencinta dan dicinta . Namun , cinta yang dia rasakan ini ternyata tak cukup membenarkannya untuk mengalahkan cinta yang lebih besar dan memang seharusnya tak akan pernah ia pertaruhkan . Cinta yang tak akan pernah menyakiti , cinta yang akan selalu ada , dan cinta yang hanya membuatnya menangis karena bahagia . Sedang yang akan dia terima dari apa yang ada dihatinya mungkin hanya cinta yang akan membuatnya menangis sedih suatu saat nanti .

Terima kasih sayang . Aku tak akan menyia-nyiakan hari esok . Satu hari yang akan menunjukkan seberapa besar aku mencintaimu .

Otit pun meninggalkan tempat meditasinya sejak dua jam yang lalu hanya untuk sebuah jawaban singkat ini . Ya , Dewa meminta komitmen Otit untuk bersamanya hanya untuk satu hari jikalau memang Otit masih tak mau memberikannya lebih dari itu . Satu hari untuk benar-benar menjadi dua manusia yang saling mencinta , dengan sebuah kejujuran akan perasaan yang sesungguhnya mereka rasakan . Esok hari ..

---

Langit menghujani bumi dengan sangat derasnya siang itu .
"Inikah hari yang aku inginkan? Satu hari untuk kenyataan yang tak pernah benar-benar terjadi?" suara hati Otit seolah tak ingin menerima apa yang dilakukan langit padanya hari itu .

Satu hari yang tak lagi sebatas harapan untuk Otit dan Dewa sepertinya tak bisa benar-benar terwujud . Satu hari disaat mereka benar-benar menjadi sepasang kekasih , hanya satu hari . Dewa mungkin tak akan datang untuk membawa Otit menikmati hari kebebasan hati mereka berdua . Hari yang Dewa janjikan dan disetujui Otit untuk melihat indahnya hari dalam buaian cinta yang tak lagi Dewa sembunyikan . Hari dimana Dewa akan berkata "kau milikku" . Hanya satu hari . Hujan siang ini mungkin akan mengubur semua angan itu .

Otit hanya mampu memandangi tetesan air langit yang rasanya begitu tak bersahabat hari ini . Sudut hatinya merasakan kekecewaan yang mendalam . Sebuah mini bus yang setiap harinya ia nantikan berhenti tepat didepannya , siap membawanya kembali meninggalkan tempat itu seperti hari-hari sebelumnya . Rasanya hari ini justru ia tak ingin melihatnya . Hanya Dewa yang dia inginkan membawanya pergi dari tempat ini . Dengan sedikit keraguan ia melangkah masuk ke dalam mini bus dan mengambil tempat duduk di dekat jendela untuk membiarkan pandangannya tetap mampu menyaksikan pementasan hujan yang mengecewakan .

Tit , sepuluh menit lagi aku akan sampai di halte depan sekolah kamu. Kamu tunggu aku yaa .

Pesan singkat dari ponsel membuat Otit mengambil langkah cepat untuk keluar dari mini bus sebelum semuanya terlambat .

Sepuluh menit hanya terasa seperti beberapa detik . Hujan yang semula membuat langit terlihat suram seketika itu menjadi cerah . Sosok yang ia nantikan kini ada di hadapannya dengan tubuh yang basah kuyup melawan kekejaman sang hujan .

"Kamu hujan-hujanan?" rasanya Otit tak tega melihat tubuh dihadapannya itu basah kuyup hanya untuk mendatanginya .
"Nggak apa-apa Tit buat hari ini ," meski terlihat jelas bahwa Dewa bermasalah dengan hujan yang telah membuatnya basah kuyup , Dewa tetap berusaha tersenyum untuk Otit .
"Nanti kamu sakit , aku pikir kamu pakai jas hujan . Kalau ternyata hujan-hujan seperti ini mending tadi aku nggak ngijinin kamu datang kesini . Kamu kehujanan tiga puluh menit lebih untuk sampai kesini kan?" Otit tak mampu melenyapkan kekhawatirannya begitu saja . Tentunya Otit tak sampai hati melihat kondisi seseorang yang sesungguhnya dia cintai ini meski sekeras mungkin ia mencoba mengingkarinya . Ternyata hati tak semudah itu untuk dikompromikan .
"Sudahlah Tit , sekarang kamu pake helm ini . Aku nggak mau kehilangan hari ini begitu saja ," Dewa menyerahkan helm yang ketika dibalikkan oleh Otit meneteskan air dengan cepat dari dalamnya . Menjadi tanda bahwa sudah sangat lama ia diderai tetesan air dari langit .
"Jangan , kamu pakai punyaku saja yang dalamnya nggak basah . Nanti kamu pusing kalau pakai itu ," Dewa kembali mengambil helm itu dari tangan Otit dan mengganti dengan miliknya sebelum sempat menyentuh kepala Otit .

Seketika itu ada perasaan aneh yang Otit rasakan melihat perhatian Dewa yang menurutku sangat romantis hari ini . Ingin rasanya Otit memeluk tubuh yang basah kuyup itu untuk sekedar mengucapkan terima kasih dan untuk mengatakan bahwa Otit sungguh mencintainya . Hujan sekarang sepertinya sedikit mengerti apa yang mereka inginkan , ia mereduksi butiran-butirannya menjadi sedikit lebih ringan .

"Kamu nggak keberatan kan Tit kalau kita hujan-hujanan?" Dewa menanyakan kesanggupan Otit untuk menemaninya melintasi jalanan di tengah hujan .
"Hmmm .." Otit hanya mengangguk tanda setuju .

Si merah-hitam roda dua itu membawa mereka melintasi jalanan meski di tengah hujan yang masih belum ingin berhenti . Meski Otit juga tak lagi peduli lagi dengan hujan itu , toh tubuhnya juga akan basah olehnya nanti .

Dewa membawa Otit melintasi jalanan yang sesungguhnya setiap hari selalu dilewati Otit hingga bosan . Namun , hari ini rasanya sungguh berbeda . Otit juga tak peduli dengan jalan yang membosankan sedangkan sekarang rasanya tidak . Otit hanya ingin melihat punggung di hadapannya , senyuman penuh cinta yang pasti ada dari wajah dibaliknya . Dan hari ini membuat Otit yakin . Dewa benar-benar mencintainya dan mungkin Dewa tak akan membuat Otit menangis seperti apa yang ia takutkan dari cinta yang selalu Otit coba ingkar terhadapnya .

"Aku juga sangat menyayangimu Wa .." Otit bisikkan kata-kata itu perlahan dari balik tubuhnya yang basah kuyup . Otit tahu pasti Dewa tak mendengarnya dan Dewa pun benar-benar tak pernah mendengarnya .

---

Meski hanya sebuah kencan sederhana , tetapi kata-kata Dewa benar-benar terbukti . Perasaan yang Otit bebaskan ternyata mampu memberikannya kebahagiaan . Hingga rasanya tak ingin untuk hari ini berakhir . Namun , ternyata bumi tetap berotasi seperti biasanya dan tak bersedia untuk hari ini saja memperlambatnya untuk mereka . Meski berat , Otit harus merelakan kebersamaan mereka berakhir bersamaan dengan sang hujan yang tak lagi betah mempertontonkan atraksinya lagi di muka bumi . Jam 6 sore hari ini , pertemuan Otit dengan Dewa berakhir .

"Makasih ya Tit untuk hari ini , aku bahagia .." Dewa mengucapkan kata-kata itu dengan tatapan yang entah kenapa Otit tak berani menatapnya terlalu lama . Hanya sesekali , karena Otit takut ia tak lagi kuat menahan perasaan ini untuk tak semakin kesetanan .
"Sama-sama , makasih juga Wa kamu udah rela untuk hujan-hujanan hari ini . Nanti sampai dirumah cepetan mandi terus istirahat ya biar nggak sakit . Kalau demam cepet-cepet minum obat ya .." Kali ini Otit justru yang melemparkan tatapan yang ia takuti tadi pada Dewa .
"Iyaa , udah sana kamu masuk , nanti dicariin ayah sama ibu .." Otit tahu sesungguhnya Dewa juga tak rela jika hari ini berakhir sekarang .
Otit mengangguk , menjabat tangan Dewa , dan melambaikan tangannya seraya membalikkan badan . Meninggalkan Dewa yang masih tetap menatapnya . Otit menguatkan diri untuk tidak berbalik dan menatap Dewa dengan tatapan mata yang ia rasakan sedang rapuh sekarang . Meski akhirnya ia juga tak mampu menahannya lagi . Otit berbalik untuk memandang Dewa dan ternyata Dewa sudah tak ada lagi .

"Aku mencintaimu , terima kasih untuk hari ini .." sekali lagi Dewa tak akan pernah mendengar apa yang Otit katakan .

Dewa pun pergi dengan atau mungkin tanpa tahu rasa hati Otit yang sesungguhnya . Meski seharusnya ia tahu , tapi entahlah Otit hanya berharap dia akan benar-benar tahu . Satu hari yang mereka sepakati nyatanya belum benar-benar berakhir . Masih ada enam jam sebelum perjanjian mereka berakhir . Otit masih berhak membebaskan hatinya dan mengatakan cinta sesuka hatinya pada Dewa . Begitu juga dengan Dewa yang hari ini terlihat sungguh manis .

"Aku ingin selamanya kau mencintaiku , karena aku menyayangimu .."

Apa yang dikatakan Dewa benar , cinta itu ternyata begitu indah ketika aku berani membebaskannya . Meski hanya untuk satu hari ..

---

Satu hari ketika hujan turun dengan derasnya , Desember 2010 ..
Sesungguhnya hari itu tak berakhir hingga esok hari dan dua musim berlalu ketika apa yang pernah Otit takutkan itu benar-benar terjadi . Cinta itu akhirnya membuatnya menangis , cinta itu ternyata menyakiti , dan barulah satu hari itu benar-benar berakhir ..

2 komentar

  1. Full imaginatif ,,, sastra bget karyanya. meski isix sulit bget q pahami awalx. tp lmayan mengena ne kykx, Q ska endingx... meskipun tampak sad >__^

    BalasHapus
  2. makasii mbak .. :)
    (yang comment ini mbak Yulia apa bukan yaa? Hhe)

    BalasHapus

Say 'Hello' .. ^^

free counters

 

Find us on Facebook

Most Reading