malam itu Raka duduk di kursi tempat mamanya biasa duduk menunggunya , dengan tangan masih terbalut perban dan perekat yang menyatukan selang infus dengan urat nadinya ia memandang ke luar jendela . seakan tak mempercayai kenyataan yang ada . ya , saat ini Raka telah mengetahui kebenaran atas apa yang ia derita dari papanya beberapa hari yang lalu bahwa usianya tak akan lebih dari 100 hari lagi . ia ingin marah , namun pada siapa? seakan dia ingin menyalahkan Tuhan atas ketidakadilan yang ia alami .
dia mengalihkan pandangan ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam , papa dan mamanya sedang ke terminal menjemput kakek dan neneknya . dia memperhatikan jarum detik yang terus bergerak , dan ia sadar , setiap detak yang berbunyi seakan sebuah hitungan mundur ke arah kematiannya . Raka tau semua orang pasti mati nantinya , tapi menurut Raka tidak secepat itu ia harus menemui kematian . ada banyak mimpi yang belum ia raih , ada banyak hal yang ingin ia jalani di kehidupan ini , sekali lagi ia diburu rasa kecewa atas ketidakadilan itu .
pintu terbuka , membuat Raka menghapus air matanya yang tak terasa sudah membasahi pipi . ia mengira itu pastilah papa dan mamanya , ternyata bukan melainkan Nila . malam ini ia memakai baju terusan dengan bawahan setinggi lutut , tampak anggun dengan ramput ia ikat biasa . ia tersenyum dan kemudian masuk sambil membawa sekantong plastik yang Raka bisa menebak bahwa itu adalah buah-buahan .
"hai , gimana keadaan kamu?"tanya Nila ceria , tampak bersyukur karena Raka sudah sadar dan tampak baik-baik saja meskipun sebenarnya ada kebenaran yang belum Nila ketahui .
"well , seperti yang terlihat , I'm fine .."jawab Raka tersenyum pada Nila .
"dimana om sama tante? kug kamu sendirian?"tanya Nila sambil duduk di atas ranjang .
"mereka menjemput kakek dan nenek di terminal . kamu kesini dengan siapa?"tanya Raka berusaha membuat suasana lebih hidup .
"aku sendiri . tadinya mau ngajak mama , tapi mama ada janji sama temennya . kalo papa , kamu tau sendiri papa sibuk .."jawab Nila sambil mengeluarkan apel dari dalam kantong plastik yang dibawanya tadi dan mengupasnya .
"setelah kecelakaan itu , kamu gak apa-apa Nil?"tanya Raka . mereka memang belum bertemu lagi sejak kecelakaan itu , karena Raka tidak sadarkan diri saat Nila membawanya ke rumah sakit .
"gak apa-apa kug Ka , cuma lecet biasa aja ."jawab Nila , kemudian menyadari sesuatu ,
"Laa kamu sendiri gimana? apa ada sesuatu yang tidak benar hingga kamu harus dirawat lama gini? aku khawatir banget waktu itu , takut ada apa-apa .."
"ah gak kug , ini cuma untuk pemulihan aja .."jawab Raka , berdusta .
tak lama kemudian rombongan keluarga Raka datang , menyelamatkan Raka dari keharusan berbohong lebih banyak lagi kepada Nila . mereka semua mengobrol dengan ceria malam itu , bahkan Raka pun ikut ceria , seakan tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi tentang keadaannya .
sekitar pukul 9 malam Nila berpamitan dan berjanji akan menjenguk Raka lagi bila ada waktu luang . mama mengantar Nila keluar , sedangkan papa mendekati Raka , mengelus rambutnya , Raka bisa tau bahwa papanya ingin mengatakan betapa ia mencintai Raka , namun seperti yang semua orang ketahui , seorang ayah sangat sulit mengatakan hal itu .
---
Waktu terus berjalan dan hal yang ditakutkan oleh semua orang tampaknya akan benar-benar terjadi . keadaan Raka makin memburuk dan tidak menunjukkan perbaikan sama sekali . berkali-kali mama memohon pada dokter untuk menyembuhkan malaikatnya itu , namun berkali-kali pula dokter hanya bisa menggelengkan kepala .
sore itu semua berkumpul di kamar rumah sakit yang sejak 2 bulan terakhir telah menjadi kamar pribadi Raka , memandang cemas ke arah Raka ketika dokter memeriksanya . Raka hanya diam , sesekali menoleh pada mamanya dan tersenyum , seakan ingin mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja sehingga mamanya tak perlu khawatir lagi padanya .
"kita semua menyayangimu Raka , kamu harus bisa bertahan dan kuat .."
kata dokter itu , ketir suaranya terdengar jelas , bahwa apa yang dirasakan oleh orang-orang yang ada di dalam kamar itu juga dirasakan oleh dokter itu yang telah menjadi sahabat Raka 2 bulan ini .
"tentu saja Dok , saya pasti kuat , saya tak akan mengecewakan orang-orang yang menyayangi saya .."
kata Raka berusaha menguatkan suaranya . mama berlari mendekati ranjang Raka dan memeluknya erat .
"jika saja mama bisa menukar posisi kamu sayang .."
kata mama disela tangisannya .
"tidak Ma , jangan bicara seperti itu . Tuhan tau yang terbaik bagi hamba-Nya , dan jika Raka seperti ini , maka ini lah yang terbaik buat Raka .."
kata Raka sambil menggenggam tangan mamanya .
Kemudian Raka memandang papanya dan mengisyaratkan agar papanya mendekat . kini papa dan mamanya duduk berdampingan di samping Raka , ketiganya menangis , tapi Raka berusaha terlihat kuat dan kemudian berkata ,
"Raka ingin meminta sesuatu pada Papa , untuk yang terakhir kalinya .."
kapan selesai ini ceritaaa..:D
BalasHapusga usaa buru buru , yang penting kan bisa dinikmati .. :D
BalasHapusyang jelas , dijamin ga bakal seperti sinetron .. :p