Selamat datang dalam duniaku yang sempit ini. selamat menikmati apa yang telah aku tulis, tapi ada yang harus selalu kamu ingat bahwa tidak semua yang aku tulis adalah aku dan tidak semua yang aku bicarakan adalah kamu..

it's our time to make a history [bagian 5 - bersambung ..]

November 19, 2010



Brian melangkah memasuki gerbang dengan hati bergetar , banyak hal sedang berkecamuk dalam dirinya kini . hanya 1 hal yang ia inginkan sekarang , segera bertemu teman-temannya dan bersembunyi di sana , berharap tak bertemu dengan Lia .
Apa ia tak merindukannya? Tentu saja Brian merindukannya , sangat , namun rasa sakit yang terbayangkan bila bertemu dengan Lia lebih besar daripada rasa rindu itu .

Keadaan di tempat itu tak jauh berbeda dengan saat terkhir ia meninggalkannya untuk menuntut ilmu dijenjang yang lebih tinggi . pohon dimana ia mengukirkan nama bersama Lia pun masih berdiri kokoh , entah apakah nama mereka masih ada di sana , tapi brian tidak mau repot-repot memeriksanya , karena langkahnya kini semakin berat saat semakin jauh memasuki tempat itu tanda adanya tanda-tanda dari teman-temannya .
"kemana mereka?" pikir Brian menggerutu .

Seperti mengerti apa yang dipikirkan oleh Brian , tiba-tiba Dindin menepuk pundak Brian dari belakang , sontak mengagetkan Brian .
"hei" sapa Dindin .
"sialan kamu!" kata Brian kaget, "dimana anak-anak?"
"mereka ada disana" jawab Dindin sambil menunjuk ke arah lain , menunjukkan tempat dimana teman-teman Brian berada .
"ayo kita kesana" jawab Brian buru-buru .
"sabar dulu" kata Dindin tenang, "santai saja , siapa tau kita bertemu teman-teman kita yang lain"

Brian sebenaarnya ingin meninggalkan Dindin yang melangkahkan kaki begitu lambat , layaknya seorang pengantin . Namun Brian memutuskan untuk mengikuti Dindin , itu lebih baik daripada ia harus berjalan sendiri memecah keramaian .

Seperti seorang pencuri yang takut bertemu polisi , Brian bertemu dengan Lia . Hatinya seperti diremas tanpa belas kasih , entah mengapa tatapan itu membuat Brian sakit .
sepersekian detik Brian seakan terlempar ke masa lalu , masa dimana ia bergandengan tangan dengan Lia di tempat itu .
Brian menyesal telah dtang , apa yang ia khawatirkan menjadi kenyataan , yaitu bertemu dengan Lia .
Tak cukup sampai disitu , seakan ada yang menuntun mata Brian untuk memandang tangan Lia , ia melihat Lia bergandengan tanga dengan seorang pria . Sakit , hanya itu yang mampu Brian rasakan .

"ada apa?" tanya Dindin ketika mengetahui Brian berhenti , dan kemudian ia mengikuti arah pandangan Brian , paham , tanpa pikir panjang menarik tangan Brian untuk segera meninggalkan tempat itu dan berkumpul bersama teman-teman lain .
Namun Brian menepis uluran tangan Dindin , dengan mata dipenuhi air mata yang ditahan olhe Brian agar tak terjatuh , ia menghampiri Lia .

"senang bertemu denganmu disini" kata Brian .
"eh." Lia terkejut dan terdiam .
"tampaknya kamu cukup bersenang-senang sekarang" kata Brian lagi , menahan emosi .
"apa kabar?" tanya Lia berusaha setenang dan senormal mungkin , namun gagal .
"aku ingin bicara denganmu ." kata Brian Lirih dan berjalan menjauh diikuti Dindin .
Lia memperhatikan Brian sejenak , dan kemudian menyusulnya .
"tunggu sebentar , aku ada urusan" kata Lia pada pria yang tadi menggandengnya .

Kini mereka berada ditepi lapangan basket , sedikit jauh dari keramaian , cukup mendukung untuk melakukan pertangkaran hebat malam itu .
"aku tunggu disana" kata Dindin sambil berjalan menjauh .
Lia mendekat , dan berdiri di depan Brian .
"apa kamu baik-baik saja?" tanya Lia pelan .
Brian terdiam , semua perasaan kecewa yang selama ini ia pendam meronta-ronta ingin meledak saat itu juga .
"aku bertanya padamu .." kata Lia lagi .
"APA AKU TERLIHAT BAIK-BAIK SAJA?!!" tanya Brian balik dengan kemarahan menguasainya .
"maaf," kata Lia , "mungkin aku salah bertanya seperti itu ."
"memang." kata Brian berusaha menahan emosi, "karena kamu tau pasti bahwa aku TIDAK BAIK-BAIK SAJA!!"
"..." Lia menangis dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan .
"berhenti menangis di depanku!" kata Brian , "air mata itu yang telah menghancurkanku hingga hari ini ."
"bila kamu hanya ingin memarahiku" kata Lia , "lebih baik aku pergi"
"kamu tak pernah berubah" kata Brian .
"sama halnya denganmu" timpal Lia .
"apa kau tak berfikir karena siapa aku seperti ini?!" tanya Brian marah .
"seharusnya kita tidak bertemu" kata Lia berjalan menjauh .
Berfikir cepat dan reflek Brian menggapai tangan Lia dan menahan langkah Lia untuk menjauh , "apa kamu lebih bahagia bersamanya?"
"aku merasa tak harus menjawabnya" jawab Lia .
"jawab pertanyaanku!" kata Brian, "agar aku bisa melanjutkan hidup ."
"..." Lia terdiam .
"jawab pertanyaanku!" ulang Brian, "apa kamu lebih bahagia bersamanya?"
"setidaknya dia tak pernah membuatku menangis" jawab Lia , melepaskan pegangan Brian , dan berjalan menjauh .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Say 'Hello' .. ^^

free counters

 

Find us on Facebook

Most Reading