Selamat datang dalam duniaku yang sempit ini. selamat menikmati apa yang telah aku tulis, tapi ada yang harus selalu kamu ingat bahwa tidak semua yang aku tulis adalah aku dan tidak semua yang aku bicarakan adalah kamu..

keluarga bukan hal yang bisa kamu remehkan!!

Agustus 17, 2010



Kala senja merekah di ufuk timur tubuhku yang masih gontai bangkit dari pembaringan seiring kumandang lantunan adzan yang merdu menghiasi awan .aku ambil wudhu seraya berdoa padaNYA .ya Robb berkahi hidupku pagi ini ,sang surya naik sepenggalah aku mulai goreskan tinta-tinta kehidupan .laksana sejuknya embun pagi.
Senyum simpulku aku lontarkan untuk semua orang yang aku jumpai .langkah demi langkah aku susun beriringan aku tundukkan kepala aku ingati sebuah kisah tentang seorang ayah:
Ikhwal bermula seorang kakek tua lunglai di pembaringan di sebuah rumah sakit. Sekian lama sang Kakek tergolek diranjang putih rumah sakit. haripun berganti sang kakek mulai membaik kondisinya, Rani si anak tunggal dari sang kakek membujuk sang kakek untuk pulang dan tinggal bersama keluarganya.
Namun sang kakek menolak, dia tetap ingin tinggal dirumah gubuk yang dulu ia bangun bersama mendiang sang istri tercinta dan dari sanalah emua bahagia juga duka bermula sekaligus merangkai impian masa depan bersama mendiang sang istri tercinta beserta anaknya yang dulu masih kecil. Kini jaman telah bergulir, anaknya telah dewasa dan berkeluarga. Tanpa terasa segalanya berubah. Demi kebahagiaan Rani, akhirnya memaksa sang kakek untuk tinggal bersamanya demi kesehatan dan hidupnya yang lebih baik. Pulanglah sang kakek bersama keluarga anaknya. Dan tibalah mereka dirumah Rani, putri kesayangan sang kakek, rumah yang kokoh bergaya kota dan sangat indah inilah milik si Rani. Hari berganti dan masapun berjalan. Beriringan dengan datangnya bulan Ramadhan, awal kehidupan baru sang kakek di rumahnya yang megah ini walau tanpa istri tercinta yang telah lama meninggalkanya namun di hatinya sang istri tetap melekat seakan dia masih ada .
Senja mulai surut dilangit, beduk maghrib bertalu dan saatnya berbuka telah datang.
seperti tradisi yang telah ada, berbuka bersama keluarga adalah sesuatu yang begitu indah .
dan inilah saat semua berada disatu meja dan keakraban mulai terasa. sang kakek merasa temukan sebuah kehidupan yang baru bersama keluarga sang anak. Rani mencoba tunjukan baktinya pada sang ayah, dengan setia Rani tuangkan segelas teh ke gelas sang ayah tercinta .
gelas mulai terangkat perlahan oleh raihan tangan sang kakek yang gontai dan gemetaran karena usia dan kondisinya yang belum begitu membaik, tapi tak kuasa sang kakek menahan secanggkir teh dari tangannya dan tumpahlah teh ke lantai. hancur berantakan ..
hari pertama berlalu berganti hari berikutnya. dan hari -harinya mulai dia jalani seperti hari-hari yang lalu saat berbuka puasa.namun tak dipungkiri selalu saja ada gelas ataukah piring yang hancur menimpa lantai karena perbuatan sang kakek .Rani tak habis pikir apa yang hendak dia perbuat untuk ayahnya yang lanjut dan tak berdaya itu. suami Rani, si menantu sang kakek, membisikkan sebuah solusi kepada istrinya dan mungkin demi kebaikan sang kakek. agar si kakek makan terpisah dari meja makan dan menggunakan meja dan alat makan khusus untuk si kakek.
dihari berikutnya suasana berbuka berubah. Rani dan keluarganya makan di meja makan dengan nikmat ,sementara sang ayah di sudut ruangan menikmati makanan yang telah di sediakan untuknya dengan peralatan makan khusus untuknya seraya menangis di dalam hati sang kakek melahap makanan dengan gemetaran ...dalam hati sang kakek muncul berjuta kesedihan seakan ia tak menemukan keluarganya yang memeluknya penuh keakraban .kini si kakek nikmati sendiri hidangannya tanpa ada anak,menatu dan cucu-cucunya di sampingnya menikmati hidangan bersamanya. kini sang kakek hanya ditemani si putih, seekor kucing yang selalu makan didekatnya dengan piring khusus pula sama seperti dirinya.
hari berikutnya di saat yang sama pula sang kakek harus makan sendiri di sudut pintu, teringat olehnya sambil berlinang air mata keluarganya yang dulu .dirumahnya di kampung yang kini ia tinggalkan, istrinya yang selalu setia, tawa dan canda si Rani kecil bersamanya dan istrinya .isak tangis lirih terdengar dari mulut sang kakek dan mata berurai air mata . Rani terkejut, ada apakah gerangan yang ditangisi ayahnya tercinta? perlahan tangan Rani mengusap air mata sang ayah .lalu tak sengaja Rani menoleh ke kiri menatap seekor kucing yang makan di samping ayahnya ,hati Rani sadar dia telah bersalah direngkuhnya tubuh sang ayah disusul sang mertua sambil berurai air mata. semua keuarga itu tak kuasa menahan haru biru tangis sebuah penyesalan .tak terasa malam itu telah genaplah mereka puasa derai air mata malam itu disambut pula dengan lantunan syahdu takbir kemenangan .kakekpun temukan kembali keluarganya bersama anak,cucu-cucu dan menantunya.
inilah akhir cerita dari sebuah keluarga .
coba kita mulai renungi kisah tadi. dan ambil pelajran berharga darinya, betapa berharganya arti sebuah keluarga ,dan juga dibalik semua tenyata sesuatu yang menurut kita baik dan bermanfaat bagi orang lain ternyata malah sebaliknya,
yaa Allah, dalam doaku yang aku panjatkan padamu akan selalu kusebut nama ayahku, berikanlah kami naungan kebahagian dan kehangatan di sisi keluarga kami. semua aku serahkan pada MU Ya Robbi ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Say 'Hello' .. ^^

free counters

 

Find us on Facebook

Most Reading